Matahari pagi,mulai bersinar di perumahan Widya Asri.Semua orang bangun dari tidurnya setelah lama melepas penat mereka setelah beraktivitas semalam.Dengan sedikit malas,orang-orang pun mulai meregangkan tangan mereka ke atas,melemaskan pinggang mereka dan melakukan sedikit senam ringan.Ada juga yang langsung menuju ke kamar mandi,menggosok gigi lalu menolong ibu mereka membersihkan tempat tidur (kedengarannya kegiatan ini seperti sebuah lagu).Semua orang yang ada di sekitar perumahan tersebut terlihat segar setelah bangun pagi.Namun,disamping itu semua,ada seorang remaja yang masih terus tidur di kamarnya sambil mendengkur,dan posisi tidurnya itu seperti anjing yang ingin melahirkan,dan namanya adalah Bara Aditya.Ia masih terus tidur sambil memeluk bantal berbentuk Sponge Bob.
Bara terus tidur,karena ia sedang terlelap dalam mimpinya.Entah mimpi apa yang ia alami itu,tapi tampak dari ekspresi yang ditunjukkan oleh wajahnya,bahwa ia sedang bergembira di dalam mimpinya.Jika kita intip ke dalam mimpinya,ternyata yang Bara mimpikan adalah seorang gadis yang dia sukai selama ini di sekolahnya,yaitu Evita Sekar Putri.Dalam mimpinya ini,Bara berperan menjadi seorang ksatria penunggang kuda hitam yang ditugasi oleh seorang raja untuk menyelamatkan putrinya,Evita yang di sandera oleh seekor Naga hijau.Dengan gagah berani,Bara menggempur si naga dan berhasil menyelamatkan putri Evita.
Setelah Bara menyelamatkan sang putri,dia menggendongnya dan membawanya pulang menaiki kuda hitamnya.Sebelum mereka menaiki kuda itu,Bara berkata ``Putri Evita,kamu membuatku khawatir``.
Lalu sang putri tersipu malu dan menjawab,”Ksatria Bara,maafkan aku.Aku tidak ingin membuat kamu mengkhawatirkan aku.Apa yang harus kulakukan agar kau mau memaafkanku Ksatria Bara ?”.
Ksatria Bara menjawab,”ciumlah aku ,lalu menikahlah denganku”.
Sang putri menatapnya dan berkata,”aku bersedia ksatriaku”.
Dan disaat mereka berdua berciuman,dan Bara mencium bau yang aneh : mulut sang putri bau,seperti kaus kaki.Ia berkata pada sang putri,”Ehm,Putri Evita aku mohon maaf.Aku ingin sekali menciummu,tapi mulutmu bau.”
Sang putri kecewa,dan berkata “Ksatria Bara!jangan kau kecewakan aku!Buktikan dirimu jantan!”.
Takut harga dirinya jatuh,Ksatria Bara pun mencium sang putri,dan kontan ia merasakan sesuatu yang asin,dan benar.Penyebab rasa asin itu adalah kaus kaki yang dijejalkan ke mulut Bara oleh adiknya,Lestari.Adiknya ini memang terkenal sering menjahili kakaknya.
Bara terbangun dan kaget melihat adiknya,dan ia lantas berteriak “Tari!!!apa-apaan sih kamu ini!Enggak enak tau kalo disumpelin kaos kaki waktu tidur!”.
Dengan polos Lestari membalas ,”jadi kalo nggak waktunya tidur,boleh dong kak?”
Karena sebal,kakaknya pun menjawab ,”ya enggak boleh,bego!! Udah,kakak gak mau dibangunin dulu!!Masih ngantuk!!Kamu pergi aja sana!”.
Adiknya pun merengut dan berkata,“Yah,kak Bara,bangun dong!Udah mau siang nih kak!Ntar aku telat lho!Udah jam 6.30 nih!”.
Bara yang masih kesal dengan kelakuan adiknya menjawab,”Eh,peduli setan!!Sana,minta Kak Regina nganterin kamu deh,jangan ganggu kakak lagi!”.Dengan kesal adiknya meninggalkan kamar kakaknya,dan mencibir.Memang susah menghadapi anak kelas 5 SD yang manja seperti Lestari,pikir Bara.
Bara adalah tipe orang yang egois,mau menang sendiri dan selalu merasa hidupnya adalah kesalahan,berbeda lagi dengan kedua adiknya.Adiknya Regina,adalah gadis yang suka dengan kegiatan-kegiatan sosial,dan memiliki rasa simpati yang tinggi.Regina tidak sepintar Bara dalam segi akademis,tapi dia lebih disayang oleh orangtuanya karena Regina lebih dekat dengan ayah ibunya.Lalu,adik bungsunya Lestari,mirip sekali dengan Bara, cenderung cuek dan malas jika disuruh melakukan tugas ringan,tetapi adiknya itu selalu dimanja-manjakan oleh kedua orang tuanya,tidak seperti yang dirasakan Bara selama ini.Kadang kala di rumahnya itu sering terjadi perseteruan antara Bara dan adik-adiknya itu.Alasan utamanya adalah,karena Bara selalu ingin menang sendiri,dan adik-adiknya tidak terima.Mereka mengadukan tingkah laku Bara itu kepada ayah ibu mereka,dan pastilah Bara mendapat hukuman.Terkadang Bara tidak mendapat uang saku,tidak diperbolehkan membawa motor dan hal lain yang membuatnya jera.
Lestari menuju kamar ayahnya dan mengetuk-ngetuk pintu yang menutup kamar itu dengan keras,dan berkata “Ayah,Ayah!Bangun yah!”.
Ayahnya yang saat itu baru saja selesai mandi,segera membuka pintu kamarnya dengan rasa kaget.Dilihatnya anak bungsunya itu menangis terisak-isak,dan ia menanyakan “lho,Tari? Kamu kenapa nak?”.
“I-hhitt-u,yyah.Ka-kahak Bah-Bara gak mah-mau ngahan-terin Taha-Tari sehe-kolah”.Memang tangisan terisak-isak yang dilakukan oleh Tari seolah membuat apa yang dikatakannya seperti paduan orang gagap dan asma yang mau bicara untuk terakhir kalinya.
Tidak lama setelah adiknya menangis,Ayahnya segera menuju kamar Bara.Bara yang masih tidur di kamarnya,mendengar suara langkah kaki yang menggangu di koridor kamarnya,yang akhirnya dia kenali sebagai Ayahnya.
Ayahnya membuka pintu dengan paksa,dan berkata,”Bara,cepat bangun kamu Bara!!”.
Masih menutupi wajahnya dengan guling Spongebob miliknya,Bara menjawab ”Ya Ayah..Ada apa?”
”Cepat kamu segera mandi,antarkan adik kamu ke sekolah!!”.Dan seketika,ledakan suara Ayahnya itu memecah keheningan yang dirasakan Bara.Dia melompat saking kagetnya,dan terjungkal dari kasurnya itu dan berteriak,”aduh!”.
Bara mengusap-usap kepalanya,lalu melihat jam dinding dan berkata ,”Hoaaahm,aku malas yah”.”Apa Regina gak bisa mengantarkan Tari?”.
Ayahnya pun makin kesal,dan menjitak kepalanya.Bara berteriak ,”aduh!sakit yah!!”.
Ayahnya pun berkata,”nah itu Alasan Regina tidak bisa mengantarkan Lestari,karena dia sakit”
Dengan wajah polos,Bara pun tersadar dan ingat,bahwa 2 hari lalu Regina pusing dan keleleahan,karena menunggu Bara yang terlambat menjemput dia di SMP-nya.
Lalu ayahnya menghela nafas dan berkata,”sudahlah,Bara.Ayah tidak mau berdebat lama-lama dengan kamu.Daripada kamu diam di rumah,sekarang lebih baik kamu segera antarkan Lestari ke sekolahnya.Paham kamu?”
Bara,sambil merengut menjawab ,”iya deh yah”.
Bara bergegas mandi,dan segera mengganti bajunya.Dia mengenakan pakaian bergambar Spider Man dan memakai celana pendek warna abu-abu.Ia melewati koridor,lalu menuju ke garasi.Dia mengambil 2 helm yang terletak di atas lemari,dan dengan segera dia menaiki sepeda Vega R bernomor L 2285 KP kepunyaannya.
Adiknya yang sedari tadi di luar menunggu berkata,”tuh kan kalau dipaksa Ayah pasti langsung mau”.
Bara yang sudah suntuk pun menjawab,”sudah cepat naik,nanti telat nih!”.
Dan,mereka pun naik sepeda motor Vega R itu.Mereka keluar kompleks,dan menyeberang jalan menuju jalan Kamboja nomor 33.Disinilah,sekolah Lestari,yaitu SD Anjarpura Wahaneswari I.Memang nama yang aneh untuk sebuah sekolah dasar di kota besar,tapi yah memang itulah namanya dan kebetulan adiknya bersekolah di sana.
Begitu sampai,Bara menepi dan menyuruh adiknya turun.Dia berkata pada adiknya,”Hei,Tari.Sekolah yang benar!”.
Adiknya tidak peduli,dan menjulurkan lidahnya.
Selama perjalanan,Bara memacu motornya bak kuda liar,(tapi tanpa pecut dan tidak pakai tali kekang) melaju kencang sekali.Bodohnya,dia tidak melihat ada polisi tidur,dan nyaris terjungkal jika saja dia tidak mengerem dengan benar.Ia lebih berhati-hati dalam perjalanan pulang.
Di dekat kompleks perumahannya,Bara berhenti sejenak untuk membeli es teh botol di warung pinggir jalan.Dia meminta satu botol,dan membayarnya dengan uang Rp.2,000.Dia melihat ke pinggiran jalan raya yang macet karena dipadati oleh orang yang lalu lalang untuk bekerja.
Karena ia merasa jenuh akibat pemandangan yang ia lihat,ia segera meninggalkan warung,dan mengatakan terima kasih pada si pemilik warung.
Ia pun bergegas menaiki motornya,dan kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah,Bara melihat mobil ayahnya sudah tidak di tempatnya lagi.Ia tidak terlalu ambil pusing,dan langsung bergegas ke kamarnya.Tapi,ia dicegah oleh ibunya untuk masuk.
Ibunya menatap Bara,dan berkata ,”Bara,kamu kok gak sekolah?Libur??” katanya.
Bara masih tetap cuek,dan menjawab pertanyaan ibunya itu dengan malas ,”Cuma ada Class Meeting ,bu.Bara malas,mau tidur di rumah.Lagipula EBTANAS kan sudah selesai,tinggal aku menunggu hasil nlainya,bu “.
Mendengar perkataan anaknya itu,ibunya cuma mengelus dada saja,melihat tingkah laku Bara yang acuh itu.Akhir-akhir ini Ibunya heran,kenapa Bara jadi seperti itu.Padahal biasanya,dia selalu bersemangat dan ceria.Apakah dia sedang mengalami hal buruk,pikir ibunya.Mungkin dia seharusnya berdiskusi dengan Bara di saat yang tepat,karena dia takut jika ia bertanya saat itu juga,Bara malah menjadi-jadi.
Saat itu,Bara sedang asyik-asyiknya tidur di kasurnya sambil memeluk gulingnya yang bersarung motif bunga-bunga.Dia ingin melanjutkan mimpinya bertemu Evita tadi.Bagi Bara,sosok Evita yang proporsional dan menyerupai gadis cover majalah remaja adalah idamannya sejak dulu.Tinggi,putih,cantik rambut panjang dan terlebih lagi,dia gadis yang smart.Tapi sayangnya,Bara merasa tidak bisa mendapat cinta Evita yang dia suka itu,dan karena itulah dia lebih sering membayangkan pertemuan dengan Evita di benaknya.
Tidak lama setelah bara tergeletak di kamarnya,Bara mendengarkan nada dering Handphone-nya berbunyi.Dia melihat siapa yang meneleponnya di pagi hari itu,dan nama Mario terlihat.Bara enggan mengangkat,sebab dia malas kalau harus disuruh ke sekolah.Tapi,siapa tahu Mario punya sesuatu yang lain dan bagus untuk dikerjakan,pikirnya.
”Halo”, kata Mario.
“Kenapa yo?” balas Bara.
“Kamu kok ga masuk sekolah sih?Kita kekurangan anak nih disini!!” bentak Mario.
“Males, Yo.Lagipula gakpapa kan kalau gak tanding?” balas Bara.
“Gak tanding kepalamu.Dendanya besar tahu!” bentak Mario lagi.
“Ya sudah lah,aku ke sana.Tandingnya jam berapa?”,dilihatnya jam di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 07.25.
“Jam 8.00,bar.Ingat,cepat kesini.Waktu kita gak banyak!”,teriak Mario.
“Iya,perjalanan aku buat 10 menit,tenang aja”,balasnya.
Bara mematikan Handphone, meletakkannya di kasur dan segera bergegas menuju lemarinya.Diambilnya baju sekolahnya yang berwarna putih abu-abu,lalu dia pakai dengan cepat.Dan belum ada 1 menit,dia sudah memakai seragamnya dengan rapi.Bara segera keluar dari kamar,dan berpamitan ke ibunya.
”Bu,Bara mau berangkat dulu.Assalamualaikum”,katanya.
Ibunya sempat tersenyum dan melihat ke arah Bara,lalu menjawab “Waalaikumsalam.Kamu hati-hati ya,Bara”.Segera setelah berpamitan,Bara langsung menerobos ke garasi dan menaiki Vega R-nya.
Dengan kencangnya Bara mengendarai motornya,dan benar.Dalam 10 menit dia sampai di SMA-nya,SMA Pandu Dewanata I.Setelah memasuki lapangan parkir,Bara segera bergegas menuju ke kelasnya,3 IA 2.Dia bergegas mengganti baju,dan menutup pintu kelasnya agar tidak ada yang melihatnya mengganti baju.Tiba-tiba,Bara melihat ada yang membuka pintu,dan dilihatnya Evita masuk ke dalam kelas,dan pastinya Evita menjerit seketika melihat Bara yang hanya memakai celana pendek dan kaus kutang.
Evita menjerit,”Bara!!Apa-apaan sih kamu ini!Ganti baju didepan cewek!”.
Bara yang bingung,menjawab sekenanya,”Kamu yang salah!Pintunya kan udah ditutup!”.
Evita malah balik memarahi Bara,”Eh,kamu lah yang salah!Udah tahu ini ruang kelas,malah ganti disini!Dasar gak tahu malu !!”.
Evita langsung meninggalkan kelas,dan Bara pun nelangsa atas kesialannya.
Bara melupakan hal tersebut sejenak,dan segera menuju ke Tim Futsal-nya.Dan tim futsalnya yang terdiri dari Edwin,Mario,Fendi,dan Ahmad pun segera menuju ke lapangan tengah.Mereka semua menyiapkan strategi masing-masing,dan pertandingan pun dimulai dengan kick-off dari kelas 3 IA 2.Edwin mengoper ke arah Ahmad,dan Ahmad pun menggiring bola ke arah lawan.Tapi berhasil dihadang oleh pemain kelas 2 IA 4.Pemain IA 4 terus membawa bola ke arah gawang,dan Mario sebagai pemain belakang mencoba menghalangi,tapi gagal.
Lawan terus menyerang dan bola telah sampai di zona gawang,dan giliran Bara untuk berjuang.Dia mengamati gerakan penyerang lawan,dan lawannya menendang dengan keras,namun Bara berhasil menangkapnya.Bola dilempar menjauh ke arah Edwin,dan sayangnya pemain tengah kelas 2 IA 4 berhasil menahannya dengan badan.Dan bola terus dibawa ke gawang kelas 3 IA 2,dan pemain belakang seperti Fendi dan Mario pun gelagapan menghadapi mereka.
Bara pun juga ikut pusing,dan dengan nekat dia segera mendatangi striker dari 2 IA 4 itu.Dan mereka pun adu kaki,dan sayangnya Bara-lah yang kalah,dan bola masuk.Dan suara sorak sorai pun terdengar dari kubu kelas 2 IA 4.Dan yang jelas,pemain dari kelas Bara pun kecewa,shock atas gol pertama itu.Tapi untungnya mereka tidak mudah patah semangat.Mario,yang menjadi kapten tim memohon waktu sebentar untuk koordinasi.
Dan lalu tanpa basa-basi,Mario berkata pada teman se-tim nya,”oke sekarang kita udah kebobolan 1 angka,dan itu semua karena kita ga bisa nyaingin kecepatan penyerang-nya 2 IA 4 itu.Jadi kita harus fokus ke dia.Ahmad,kamu ikutin dia terus.Fendi,jangan jauh-jauh dari gawang.Edwin,kamu harus tetap ada di tengah sampai Ahmad bisa mengoper bola ke kamu”.
Mario menghela nafas sebentar,dan melanjutkan lagi perkataannya tadi,”dan kamu Bara,tetep fokus sama gerakan si penyerang.Sementara aku,aku di tengah buat menjaga pemain lainnya.Oke,teman-teman.Apa kalian paham?”.
Semua anak menjawab,”paham!”.
Tiap-tiap pemain kembali ke tempatnya masing-masing,dan pertandingan dimulai kembali.Edwin terus membawa bola sampai ke tengah,dan dia mengoper ke arah Ahmad dengan tepat.Ahmad melihat ke kiri dan ke kanan,lalu menendang jauh ke arah gawang.Mario yang sedari tadi di tengah pun menerobos langsung ke arah gawang lawan,dan karena itulah si penyerang 2 IA 4 tadi terlihat gelagapan,dan dia berteriak,”Reza!jaga gawang!Dekati Lucky!”.
Dan Ahmad yang mendengar jeritan si Penyerang itu pun segera menghalang-halangi pemain belakang yang bernama Reza itu.Tidak ada pemain belakang yang menjaga,dan Mario mengambil kesempatan itu dengan baik.Dengan segera,dia menendang ke gawang lawan,dan masuk.Semua pemain 3 IA 2 berteriak,”Gooooool!!”.
Supporter 3 IA 2 berteriak kegirangan,dan mereka pun menyoraki nama mario.Mario yang sedari tadi dielu-elukan hanya bisa menjawab dengan kalimat,”terima kasih”.Dan spontan,supporter berteriak ,”huuuuu”.Mario pun tersenyum saja,dan kembali ke tengah lapangan.
Bara,yang menjadi keeper sedari tadi belum melakukan hal yang spektakuler.Menurut pemikirannya,dia haruslah jadi bintang lapangan.Karena posisinya adalah keeper,maka dia haruslah melakukan penyelamatan spektakuler,agar dielu-elukan oleh temannya,dan terlebih lagi oleh Evita.Bara pun memasang kuda-kuda persiapan agar dia bisa siaga jika ada bola yang menuju gawang.Bola berada di pihak 2 IA 4.Dan yang jelas si penyerang yang berbahaya itu terus membawa bola,dan pastinya pemain tengah seperti Mario pun masih belum bisa menandingi kecepatannya itu.Tapi Mario pun tidak habis akal,dan menyuruh Fendi untuk mencegah si penyerang itu dengan adu kaki,dan Fendi pun terpelanting.
Pelanggaran pun terjadi,dan sebagai gantinya kelas 3 IA 2 berhak mendapat tendangan gawang.Bara menendang jauh,lalu sampai ke depan gawang lawan.Ahmad tidak bisa menerima dengan baik dan bola direbut oleh Reza,dan diumpankan ke pemain tengah 2 IA 4.Bola terus bergulir,dan akhirnya sampai di dekat gawang.Pemain tengah itu mengoper ke penyerangnya,dan tembakan dahsyat pun dilakukan.Bara yang tidak bisa memegang bola pun nekat menghadapi serangan itu,dan menghadangnya dengan sundulan kepala,dan bola terpental jauh ke pojok.Seketika,Bara merasa pusing karena menghadang bola dengan kepalanya.
Bara berlagak seolah rasa pusingnya itu tidak ada apa-apanya,dan dia tetap berdiri dan terus menjaga gawang.Pertandingan pun terus berlanjut dan pada akhirnya pun,pertandingan berakhir seri dan diakhiri oleh tendangan penalti,yang dimenangkan oleh 2 IA 4.Bagi tim 3 IA 2,pertandingan ini bukan tentang menang atau kalah,yang penting bermain dengan baik dan sportif,itu saja.Pada akhir pertandingan,teman-teman sekelas mereka menyoraki Fendi,Ahmad,Mario dan Edwin.Bara yang sedari tadi menjauh dari teman-teman mereka pun acuh tak acuh atas pujian-pujian yang diterima mereka itu.Bara berpikir,mungkin teman-temannya tidak suka Bara karena dia adalah orang yang tidak menyenangkan.
Selain egois,dia adalah tipikal orang yang tidak disukai banyak orang : pendiam yang angkuh.Seberapa pun Bara mencoba menjadi menyenangkan,selalu timbul kesan aneh bagi teman-temannya,dan terlebih lagi tidak ada yang menyukai perangai Bara itu.Karena itulah,Bara menjadi nelangsa atas keadaannya itu,dan memendam semua masalahnya.Dan jika dia dimasukkan ke dalam tim pun,mungkin karena terpaksa,karena teman-temannya yang lain tidak ada yang bisa main bola sejago ke 5 orang yang ada di tim ini.
Bara pun segera masuk ke ruang kelas dan mengambil tas miliknya.Dia segera bergegas,dan menghiraukan ucapan teman-temannya yang mengatakan,”hei,Bara,nice play”.Bara hanya melihat temannya sesaat,lalu pergi keluar kelas.Dia menuju kamar mandi sekolah dan mengganti bajunya,karena dia takut Evita melihatnya lagi.
Setelah mengganti bajunya,Bara pun menuju ke lapangan parkir,dan mengambil motornya.
Penjaga parkir pun menanyai,”lho mas,kok sudah mau pulang?Ndak ada pertandingan toh?”.
Bara melihat si penjaga dan menjawab,”kalah pak”,dan langsung pergi meninggalkan sekolah.
Selama di jalan,Bara mengalami pertempuran hati.Dipacu motornya itu sampai menunjukkan angka 100 km/h,dengan tujuan agar segera tiba di rumah.Namun sayangnya dia bingung apa yang akan dia lakukan begitu tiba di rumah.Suasana rumahnya juga kurang menyenangkan baginya.
Bara menepikan motornya ke jalan,dan dia berhenti sejenak,untuk menenangkan diri.Dilihatnya ada seorang penjual minuman 10 meter ke depan,dan ia pun pergi ke sana.Saat Bara ada di dekat si penjual itu,si penjual minuman terlihat begitu santai saat melayani pembeli lainnya.
Begitu melihat Bara,si penjual dengan ramah menawari Bara,”mau minum apa mas?Teh botol?”.
Bara hanya mengangguk, terdiam dan agak heran,karena pada umumnya jarang ada penjual minuman yang menawari dengan ramah.Biasanya penjual minuman di daerahnya hanya sekedar melayani,dan tidak menanggapi pelanggannya dengan senyum ramah.
Di tengah keheningan itu,si penjual menanyai Bara,”baru pulang sekolah mas?”.
Bara menjawab dengan ringan,”nggak,ini Cuma ada class meeting pak,dan lagipula murid kelas 3 sudah selesai EBTANAS,jadi masuknya terserah,pulangnya juga”.
Si penjual,hanya tersenyum dan mengatur rokok yang dia jual agar tidak berserakan.
Bara yang tidak mau percakapan menjadi sunyi,menanyai si penjual,”bapak sudah berapa lama jualan di sini?”.
Si penjual terus menata rokok jualannya,lalu menjawab pertanyaan Bara,”masih sekitar 2 bulan,mas.Tapi ya Alhamdulillah lumayan laris,karena tempatnya lumayan ramai dan orang-orang sering berhenti di pinggiran jalan sini”.
Bara memahami perkataan si penjual itu,dan mencernanya di otaknya.”Tapi,yah namanya jualan kadang juga rugi,mas.Kadang juga ada pembeli yang ndak ‘mbayar,terus ngutang.Lha saya kan juga rugi,tapi saya ikhlas aja lah”.
Ia melanjutkan,“toh,kalo memang ndak rejeki saya,saya juga nerima.Pokoknya mas,kalo dapet berkah itu syukuri aja,meski kadang berkahnya itu ga sesuai keinginan mas”.
Bara pun mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mendengar omongan penjual itu,pertanda bahwa dia paham.Terngiang-ngiang kata-kata si penjual tadi di benaknya : jika kita punya berkah,kita harus syukuri meski kadang berkah itu tidak sesuai keinginan kita.
Sejenak setelah Bara menghabiskan minumannya itu,Bara membayar uang sejumlah Rp.2,000,dan mengucap terima kasih pada penjual minuman itu.Bara pun berkendara menuju rumahnya,dan sesampainya di sana ,diketuknya pintu rumah dan harapannya dia bisa langsung menuju ke kamar.Pintu rumah pun dibukakan oleh ibunya yang sedari tadi berada di rumah.
Ibunya bertanya ,”lho Bara,kamu sudah pulang? Tumben sekali”.
Bara menjawab,”Bara malas lama-lama di sekolah waktu class meeting begini,pasti bosan”.
Ibunya hanya menggelengkan kepala melihat sifat anaknya ini.Ia cemas kalau-kalau anaknya itu jadi pemberontak .Lalu,Bara membuka pintu kamar,melempar tasnya,mencopot sepatu dan kaos kakinya lalu merebahkan badannya ke ranjang.Dia melihat handphone-nya,dan melihat ada 3 SMS yang masuk.Dia membacanya,dan dia pun melihat nama Mario,Steve dan Ayahnya sedang mengirim pesan.
Mario mengirim : ‘ Bar,km dmana? Kt semua nyariin km lho’.
Lalu dilihatnya SMS dari steve, ‘Bara,nanti minggu dpn jd k Sminar kan?’.
Yang terakhir dia baca adalah SMS ayahnya, ‘ nak,nanti sepulang kerja papa mau ngomong sesuatu’.
Bara kaget membaca SMS terakhir itu,karena tidak biasanya ayahnya ingin berbicara dengannya.Bara berasumsi bahwa ayahnya pasti ingin membahas tentang perilaku dirinya selama di rumah.Bara pun tidak ambil pusing atas SMS ayahnya.Dia melepas bajunya,dan segera mengganti pakaiannya dengan kaus dan celana basket,dan dia pun menuju ke komputernya untuk menulis sesuatu.Disamping segala sifat kurang baik yang dia miliki,Bara adalah seorang penulis yang handal untuk anak berumur 17 tahun.Yang biasa dia tuliskan di program Microsoft Office© adalah segala keluh kesahnya ,dan terlebih lagi rasa sukanya terhadap seorang gadis,yang bernama Evita.
Memang selama ini Bara memang menyukai Evita dan mengagumi Evita atas kecantikan,dan kepintarannya.Dia merasa Tuhan tidak adil,karena bisa menciptakan makhluk seperti dia yang begitu sempurna.Bara selalu merasa dirinya lemah,dan sarat atas kelebihan ,lantas merasa dirinya tidak layak mendekati hati Evita.Menurutnya,Evita yang populer di sekolah sebagai cheerleader itu,tidak pantas disukai oleh orang seperti dirinya : Aneh,egois dan bermuka pas-pasan.Dan terlebih lagi,menurut Bara Evita tidak akan sudi didekatinya.Karena itulah,Bara hanya bisa memendam perasaannya terhadap Evita.
Begitu komputer mulai memasuki user interface Windows Xp,Bara pun menulis dengan tenangnya,seakan tanpa beban.Sedikit demi sedikit,paragraf-paragraf yang berisi ungkapan perasaannya itu pun mulai tertata dengan rapi.Bara menatap tulisannya di komputer itu sejenak,dan dia tersenyum.Dia menutupnya,dan memutuskan untuk kembali tidur.
Selagi matanya masih terpejam,dia merasa gelisah dan terus-menerus memikirkan hasil tulisannya itu.Terlintas dalam pikirannya untuk melakukan hal yang nekat : menyatakan perasaannya kepada Evita,tapi ia sadar bahwa itu pilihan bodoh.Seberapa pun Bara mencoba,pasti Evita tidak akan menanggapi perasaannya itu.Dan Bara pun memilih untuk melakukan hal nekat itu,tapi suatu saat nanti kalau Bara sudah jadi orang yang lebih baik.Setelah memikirkan hal-hal itu,Bara pun tidur.
Di lain tempat,lebih tepatnya di ruangan kelas Bara,tampak Mario sedang membicarakan sejumlah hal dengan Evita,yang tampaknya membahas tentang Bara.
Evita berkata,”Eh,yo.Si Bara itu kenapa?kok cuek banget sih jadi orang”.
Mario menjawab,”Bara memang gitu,gak suka keramaian.Jadi dia pergi ,pengen sendiri”.
Evita berkata,”aku bukannya mau menyalahkan dia,yo.Tapi kan dia ga boleh egois gitu,yo.Gak mikir kali ya dia,kok bisa sih gak peduli sama temennya se kelas”.
Mario pun hanya bisa tersenyum menghadapi protes Evita,dan menjawab,”Vit,nanti kalau Bara udah good mood,dia pasti mau deh nemenin kita,pasti” jawab Mario santai.
Panggilan pun diputus oleh Evita.
Evita adalah ketua kelas dari 3 IA 2,dan dia adalah tipikal ketua kelas yang tidak mau kalau anggota kelasnya ada yang tidak menyatu.Dan terlebih lagi,Evita tidak pernah mengenal Bara sepenuhnya walaupun mereka ada di kelas yang sama.Untuk pertama kali ini dia dibuat pusing akibat memikirkan tingkah laku seorang bernama Bara.
Masih penasaran atas sikap Bara yang seperti itu,Evita pun memutuskan untuk meneleponnya.
Sementara itu di rumahnya,Bara yang sedari tadi tidur terbangun,dan bingung mencari dimana Handphone-nya ia letakkan.Setelah menemukannya,dia buru-buru mengangkat telepon itu.
“Halo?ini siapa?”,kata Bara.
“Ini aku,Bar”,kata suara di seberang itu.
“Aku siapa?”,tanya Bara,penasaran.
“Evita!! Ya ampun Bara,masa kamu ga kenal suara teman sendiri sih?”,sindir Evita.Bara pun kaget.
Bara kaget,entah harus takut atau senang karena gadis yang ia suka meneleponnya secara mendadak seperti ini.
“Iya vit,ada apa?”,tanya Bara.
“Enggak,sebenernya begini.Aku Cuma mau tanya,kenapa sih kamu itu ga pernah mau ngumpul sama anak-anak satu kelas?”,tanya Evita.
“Aku memang gak suka sama keramaian,karena aku mau sendirian aja vit,apa itu salah?”,balas Bara.
Evita yang sudah mengetahui hal tersebut dari Mario pun membalas,”tapi kamu gak bisa gitu lah.Kamu ini hidup di masyarakat,tahu.Kalau kamu tetap kaya begini,nantinya kamu juga kesulitan buat bergaul dan pada akhirnya kamu gak punya teman”.
“Gini,vit.Aku gak mau kalau aku bangun dari tidur cuma buat dengar ceramah dari kamu,mending aku tidur daripada begini.Karena kalaupun aku jelaskan kenapa aku begini,kamu gak akan mengerti vit.”,balas Bara.
“Ya sudahlah,Bar!kamu kalau gak mau dipedulikan sama orang lain,terserah!”,bentak Evita di telepon.
Bara hanya bisa melongo mendengar perkataan Evita tersebut.
Di rumahnya,Evita nampak kesal sekali atas perilaku Bara yang seperti itu.Dia tidak mau lagi harus menelepon Bara seperti itu,karena Bara pasti tidak akan peduli.Evita pun memutuskan pulang ke rumahnya,dan sesampainya di rumah dia berharap bisa melupakan sikap Bara.Dia menuju ke lapangan parkir,menuju mobil Jeep miliknya.Selama perjalanan menuju ke rumahnya,Evita tetap kesal dengan perilaku Bara.
Sementara itu ,Bara sedang berpikir keras.Dia terus memikirkan bagaimana cara untuk meminta maaf atas sikap yang tidak mengenakkan tadi kepada Evita tadi.Bara mencoba berani,lalu membuka Handphone dan menekan nomor Evita.Dia terus berpikir dalam benaknya,semoga Evita mau memaafkannya.
Evita merasakan getaran di kasur tempat ia tidur.Dan yang dia lihat di layar handphone-nya,adalah nomor Bara.Mau apa anak ini? Pikirnya.Dalam rasa kesal itu,Evita menjawab teleponnya itu dengan terpaksa.
“Apa lagi?”,jawab Evita.
“Evita,aku cuma mau bilang sesuatu”,balas Bara.
“Mau bilang apa?minta maaf?lebih baik kamu gak usah minta maaf sama aku deh,bar.Gak ada gunanya kan?”,balas Evita.
“Tapi vit,aku gak bermaksud untuk ketus sama kamu atau orang lain” balas Bara.
Lalu Bara melanjutkan, ”Aku tahu aku emang egois,dan terlebih lagi aku gak bisa membuat segala sesuatu yang terjadi di sekitarku jadi membaik.Aku begini,karena aku selalu merasa hidupku ini gak adil,karena aku gak pernah bisa mendapat apa yang aku ingini,karena itu aku gak terlalu peduli sama keinginan makhluk lainnya.Baru atas dasar paksaan aku bisa mengerjakan sesuatu itu,vit.”
Bara melanjutkan lagi,”Tapi setelah ada orang yang menceritakan nikmatnya mensyukuri berkah itu,aku tersadar kalau aku selama ini jadi orang yang kufur atas nikmat yang Allah kasih ke aku.Aku memang bersalah,dan aku mau meminta maaf atas itu,Evita dan aku gak mau lagi terikat masalah yang sama itu terus-menerus”.
Evita pun hanya bisa hening sesaat mendengar perkataan Bara tadi.Dia kaget,karena dia tidak menyangka Bara menyimpan hal-hal yang tidak ia duga akan keluar dari mulut seorang Bara.Kini,Evita pun harus berpikir dua kali untuk terus menyalah-nyalahkan Bara.
“Begini,Bara.Kalau kamu mau menghilangkan sifat keegoisan kamu,aku jamin pasti kamu perlahan-lahan bisa menikmati berkah dari Allah,karena dengan tidak memikirkan kemauanmu sendiri,kamu perlahan bakal sadar bahwa di dunia ini,banyak keinginan manusia yang gak terpenuhi”.
“Jangan kufur,karena kufur itulah kamu jadi sombong,Bara.Kamu sadar gak sih kalau kamu ini punya banyak talenta yang gak semua orang punya?”,lanjut Evita.
Bara yang mendengar penjelasan Evita tadi,seperti merasakan mimpinya jadi nyata.Akhirnya,dia dan Evita bisa berbicara satu sama lain dari hati ke hati.Bara merasa terbuai,dan bingung juga atas pertanyaan Evita : bakat seperti apa yang dia punya?
“Eh,memang bakat apa yang aku punya?”,kata Bara.Dia malah bingung sendiri atas perkataan Evita itu,karena selama ini ia mengira kalau bakatnya itu hanya membuat orang kesal.
“Kamu bisa ngelakuin segala hal!Kamu jago olahraga,jago bermusik,jago nulis,pinter di pelajaran!kurang apa sih kamu ini coba?”,kata Evita.
“Aku ngerasa kalau itu aku cuma sekedar bisa,Evita”,kata Bara.Ia menghela nafas sesaat lalu berkata,”Masih banyak yang lebih jago daripada aku” katanya.
“Tapi Bara,kamu bisa ngelakukan semua itu,tanpa kendala dalam belajar!Bayangin aja,aku aja kesulitan belajar hal-hal itu semua”,kata Evita meyakinkan Bara.
“Aku cuma kekurangan satu hal di dunia ini,Evita”,kata Bara.
“Apa itu,bar?”,tanya Evita.
Bara terdiam sejenak,dan dia merasa canggung untuk menyatakan hal yang ia ingin katakan tapi ia pendam,yaitu seseorang yang bisa memahami hatinya.Namun,Bara memantapkan hatinya,dan dia pun berkata, “seseorang yang bisa memahami aku,dan peduli sama aku.Itulah yang aku rasa kurang”.
“Cuma itu bar?Kalau kamu butuh orang seperti itu,aku bisa kok jadi orang yang memahami kamu”,kata Evita.
Dan pastinya,Bara kaget atas jawaban Evita itu.Keringat dingin mengucur deras dari pori-pori tubuhnya.Ia gelisah,bingung atas perkataan Evita itu.Dalam benaknya,ia tidak pernah membayangkan bahwa Evita yang ia kenal sejauh ini sebagai gadis populer,yang memiliki kesan “anak gaul” mau mempedulikan laki-laki seperti dirinya.Bara pun meyakini bahwa ada orang yang peduli atas nasibnya yang buruk ini.
“Kenapa kamu peduli sama aku?”,tanya Bara.
“Karena kamu itu temen aku,Bara.Aku gak bisa diem diri kalau ada temenku yang jauh dari aku,karena buat aku temen itu udah kaya belahan diriku sendiri meskipun aku gak terlalu dekat sama dia.Mungkin memang kedengarannya konyol”,kata Evita.
“Memang konyol,hehehe.Aneh-aneh aja sih kamu”,kata Bara.
“Ya sudah deh,Bar.Pokoknya jangan egois lagi,dan jangan mengutuki nasib kamu yah”,kata Evita.
“Iya,vit.Semoga aku bisa jadi cowok yang lebih baik dari sekarang nantinya”,kata Bara.
Malam harinya,ayahnya memanggil Bara ke ruang tamu,dan tampak dari raut muka ayahnya,yang mau dibicarakan adalah hal yang serius.
“Bara,ayah mau membicarakan sesuatu sama kamu”,kata ayahnya.Bara melihati ayahnya sejenak,sambil berpikir apa yang akan dibicarakan oleh ayahnya itu.
“Mau bicara apa,yah?” katanya.Bara,yang merasa suasana pembicaraannya ini hening,pun melirik kanan-kiri,dan terus menanyakan pada dirinya kapan ini akan berakhir.
Ayahnya kini memasang wajah penuh senyum kegembiraan,dan berkata “Ayah benar-benar bangga sama kamu kali ini,Bara” .
Bara mengingat-ingat kembali,apa yang telah dia lakukan akhir-akhir ini yang sekiranya bisa membuat ayahnya bangga.Yang pertama adalah tes masuk ITB untuk jurusan Seni Rupa,lalu mengikuti lomba cerpen tingkat kota.Dan yang terbaru adalah memenangkan lomba cerdas cermat tingkat SMA,yang menurutnya remeh.
“Kamu tahu,nggak kenapa kamu dibawa ke sini?” tanya ayahnya.
Bara yang masih bingung menjawab,”nggak tahu yah”.
“Kamu itu berhasil masuk Seni Rupa ITB,nak.Tadi pagi,pihak Universitas mengumumkan lewat surat yang dikirimkan ke orangtua,dan kamu berhasil masuk di sana.Hahahaha,selamat ya!”,kata ayahnya.Dengan penuh gembira,ayahnya memeluk Bara.
Ayahnya pun berkata lagi,”ibu sudah tahu soal ini,Bara.Dan rencananya malam ini kami mau mengajak kamu syukuran dengan anak yatim piatu di panti asuhan Ar-Rahman”.
Bara merasa senang,karena usahanya untuk bisa masuk ITB itu tidaklah sia-sia selama ini.Dia tinggal menunggu hasil EBTANAS,dan dia pun tinggal bersiap-siap ke Bandung untuk bersekolah disana.Memang jarak Surabaya tidaklah jauh.Tapi demi mengejar ilmu yang dia idam-idamkan selama ini dia rela menempuh jarak sejauh itu.
Setelah mendengar kabar itu,Bara pun mengirimkan SMS ke Evita yang bernada seperti ini,
“Vit,aku berhasil masuk ITB loh!Alhamdulillah !!”
Beberapa saat kemudian,Handphone Bara menerima SMS dari Evita yang berbunyi seperti ini,
”Wah slamat yah,Bar!!Sujud syukur sana!”.
Hari-hari berikutnya pun Bara tetap merasa senang dan banyak-banyak bersyukur pada nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepadanya.Dia lebih sering beribadah,berbuat baik dan lebih peduli terhadap diri sendiri dan lingkungannya.Dalam benak Bara,dia tinggal menunggu hasil nilai EBTANAS saja.
Selama hari-hari kosong menjelang pengumuman EBTANAS,Bara sering mengajak Evita untuk sekedar berjalan-jalan di pinggiran kota,atau kadang juga ke kafe untuk sekedar minum kopi.Selama itu,Bara merasa bahagia.Ia bahagia bukan karena mimpinya itu jadi nyata,tapi karena dia bisa menghabiskan waktu bersama orang yang disukainya.Selama berjalan-jalan dengan Evita itu ,Bara berhasil merasakan indahnya hubungan pertemanan.
Perlahan-lahan,Bara mau membuka hatinya,dan beruntungnya dia Evita mau membantunya menjadi orang yang lebih baik.Bara kini tidak lagi menjadi orang yang kaku,dan angkuh.Ia perlahan belajar untuk menjadi orang yang fleksibel.Bara pun mulai sadar bahwa hidupnya ini benar-benar menyenangkan dan dipenuhi keindahan,karena berkah yang diberikan oleh Tuhan dalam hidupnya,terus mengalir dan tidak ada putusnya selama ia terus bersyukur atas nikmat Tuhannya.Dan bodohnya dia karena Walaupun dia mengalami nasib buruk,dengan dorongan semangat dari Evita dia bisa melupakan musibah itu,dan terus mengerjakan hal-hal dengan baik.
Di sebuah sabtu malam,Evita dan Bara berjalan-jalan ke kedai es krim di pinggiran pusat kota Surabaya.Mereka menaiki mobil Katana milik ayah Bara,dan berangkat dari rumah Bara pukul 6.30 sore.Dan sepanjang malam itu,Bara dan Evita masih terlarut dalam kebahagiaan dan interaksi mereka.
“Dan kamu ingat waktu itu aku dimarahin sama pak Rudi waktu pelajaran Bahasa Inggris?Karena aku sempat tidur waktu pelajarannya,dan begitu ketahuan,aku langsung dihukum keliling lapangan selama 5 menit pakai plat yang bertuliskan,”saya anak teler”.Hahahaha,anak-anak ngetawain aku terus-terusan semenjak itu,tapi aku masih orang yang cuek waktu itu,vit.Jadi gak terlalu aku ambil pusing sih” kata Bara.
Mendengar perkataan Bara itu,Evita pun terdiam sejenak dan meminum Lemon Tea miliknya yang tergeletak di meja sedari tadi.Dia mengingat-ingat bagaimana dulu sikap Bara selama di kelas 3,Bara yang angkuh,sombong,tidak peduli dan cenderung emosional,namun cerdas dan banyak akal.Kini yang ada di depan matanya adalah Bara yang lain dari saat itu,Bara yang rendah hati,peka terhadap lingkungannya dan cenderung stabil tapi tetap cerdas dan banyak akal.Dia tidak menyangka bahwa perkataannya itu berhasil mengubah Bara.
Evita berkata,”memang Bara.Kamu sudah jauh berubah dari saat aku terakhir ngebentak kamu.Aku senang,karena kamu mau dengar apa yang aku nasehatin ke kamu.Dan terlebih lagi,kamu itu sosok yang misterius dan kayaknya susah buat dibuka hatinya,dan aku lebih tertarik ke cowok yang kaya gitu.Tapi,aku senang karena ujung-ujungnya kamu bisa ngebuka hati kamu”.
Mendengar perkataan Evita itu,Bara pun teringat perkataan Mario 2 hari yang lalu,”kalau kamu memang suka sama Evita,bilang aja lah.Terus kalau dia juga bilang suka sama kamu,kalian tinggal pacaran!Enak kan?Nanti sabtu malam,kamu ajakin dia ke suatu tempat yang romantis,dan kamu bilang perasaan kamu ke dia itu gimana!Oke?”.
Tapi sayangnya,Bara tidak pernah merasakan pacaran itu seperti apa.Menurut penglihatannya dan beberapa tulisan orang di media tentang pacaran yang dilakukan orang saat ini,adalah hal yang semu,karena hubungan itu tidak memiliki ikatan yang sah dan murni seperti pernikahan.Pacaran yang ada di dunia ini pun hanyalah sekedar pelampiasan nafsu duniawi sesaat,bukanlah cinta yang sejati.Karena menurut sumber bacaannya itu,cinta itu adalah hal yang abstrak dan hanya bisa dirasakan oleh hati,maka Bara selalu menunda perasaannya itu.Walaupun inti dari cinta adalah kebahagiaan bagi orang yang dicintai dan pengorbanan untuk kebahagiaannya,tapi,kalau pengorbanan itu adalah hal yang sia-sia,bagaimana bisa cinta sejati itu terpenuhi?Meski pengorbanan itu sifatnya haruslah tanpa pamrih,tidakkah bodoh mengorbankan segalanya bagi seseorang,yang bukanlah hak milik kita sepenuhnya?Rumit sekali.
Terlebih,jika ia bandingkan lagi dengan sejumlah referensi tentang cinta menurut pandangan agamanya,cinta itu adalah hal yang alamiah.Perlu pengorbanan satu sama lain atas dasar ikhlas,dan kebahagiaan pasangan itu .Merupakan hal yang wajar jika manusia itu jatuh cinta.Tapi,cinta seperti apa yang sejati itu ?Itulah yang jadi pemikiran Bara selama ini,dan setelah Mario mengingatkannya untuk mengungkapkan perasaaannya pada Evita.
Mereka menghabiskan minuman yang ada di meja, lalu pergi menaiki mobil Katana milik Bara.Selama perjalanan ke rumah Evita,Bara terdiam selama perjalanan.Takut kalau Bara jadi tidak konsentrasi mengemudi jika diajak bicara,maka Evita menunda pertanyaannya itu untuk Bara sampai tiba di rumah.
Dan sesampainya di rumah Evita,Bara segera mematikan mesin mobilnya dan membukakan pintu untuk Evita.Dia ingin terlihat sopan di mata Evita,dan terlebih lagi memang kewajiban pria berbuat baik pada wanita.
Evita merasa ini saat yang tepat untuk menanyai Bara.Dengan penuh keberanian,Evita mencoba menanyai Bara yang sedari tadi melamun, “Bara,kamu kenapa?kok dari tadi ngelamun aja sih di mobil?”.
Bara kaget,dan dengan gagap menjawab “Eh,i-iya vit.A-aku gak kenapa-kenapa kok.C-cuma lagi banyak pikiran aja”.
Penasaran,Evita pun bertanya “kamu mikir apa sih,Bar?”.
Bara menarik nafas dalam-dalam,dan menghembuskannya perlahan-lahan.Ia menjawab,”aku keingat kata-kata Mario 2 hari lalu.Dia bilang,kalau aku memang suka kamu,aku harus bilang perasaanku ke kamu”.
“Dan nyatanya?” tanya Evita.
“Aku memang suka kamu,vit.Aku suka sekali.Tapi sayangnya,selama ini aku gak pernah bisa ataupun berani ngomongnya.Karena apa?Aku takut kamu menolak perasaan orang seperti aku yang tingkat egoisnya parah.Aku aja punya tampang pas-pasan,dan terlebih lagi aku ini pria yang gak ada bagus-bagusnya di mata orang lain.Tapi setelah kamu bisa yakinkan aku buat mengurangi egoku,buat mensyukuri apa yang aku punya aku pun jadi sadar atas keadaan diriku ini,kalau aku ini kebalikan dari apa yang aku anggap selama ini.”
Evita menatap Bara dengan mata nanar,bahkan hampir terlihat menangis.Lain lagi dengan Bara,di matanya tampak kesungguhan yang teramat sangat.
Evita perlahan-lahan mulai berbicara,”Bara.Aku selama ini gak pernah menyangka kalau kamu itu suka aku.Aku selama ini menganggap kalau hubungan kita itu cuma sekedar teman,dan aku gak pernah nyangka,kalau kamu akan bilang ini ke aku.Baru kali ini ada seorang cowok yang berani mengutarakan perasaannya ke aku,sebagian cowok yang dirumorkan suka sama aku semua kabur dulu karena sifatku yang galak.Dan terlebih lagi,kamu dulu ketus sama aku,Bara.Kamu itu bisa ngeredam amarahku sama keketusanmu itu.Memang kedengarannya absurd,tapi itulah yang bikin aku penasaran sama kamu.Karena cuma kamu sejauh ini yang bisa ngelawan sifat tomboy-ku ini,Bara.Seakan-akan kita ini saling melengkapi kekurangan masing-masing lewat cara yang gak masuk akal dan aneh”.
Bara juga kaget,karena selama ini yang dia kenal Evita adalah gadis yang keras kepala,dan cenderung tomboy.Evita yang dia kenal sebagai gadis cheerleader itu,ternyata juga punya sisi lain.Ketegasannya,kecenderungannya untuk memimpin itu tidak pernah disangka oleh Bara akan terasa,karena selama ini Bara juga acuh terhadap suasana kelasnya,dan terlebih lagi terhadap pergaulannya.Ia hanya peduli terhadap hal-hal yang penting,dan dia bergaul dengan sedikit orang saja.
“Jadi,vit.Yang jelas kita gak akan pacaran,dan aku tau kamu juga pasti gak mau pacaran.Karena pacaran yang ada di sekitar kita itu bohong.Kita lebih baik tetap temenan seperti ini,sampai saatnya tiba nanti” ,kata Bara dengan penuh keyakinan dan senyuman.
“Saatnya apa ,Bara ? “ tanya Evita.
“Saatnya aku ngelamar kamu,dan nantinya kamu jadi istriku,heheheh”,canda Bara.
“Ah,kamu bar!Aku jadi GR nih! Aku jitak loh !”,kata Evita sambil tersipu malu.
Dan kegembiraan Bara malam itu pun berakhir.Tapi,pembicaraannya dengan Evita itu membuatnya sadar akan sejumlah hal-hal yang selalu dia lupakan.Syukur,sabar,simpatik dan yang terlebih lagi adalah,betapa dia bersyukur bisa berteman dengan orang seperti Evita.Mereka bisa saling memahami,dan mereka juga saling menyukai pribadi satu sama lain.
Sepulangnya dari mengantar Evita,Bara pun memasuki rumah dengan perasaan senang dan dipenuhi kelegaan.Seisi rumahnya kaget,melihat Baraa yang biasanya selalu membawa kemuraman,kini membawa kebahagiaan.
Lestari,yang paling heran dengan tingkah lakunya kakaknya ini bertanya,”kakak tumben senang?Ada apa kak?”.
Regina juga ikut bertanya,”biasanya kan kakak sukanya merengut gitu,bibirnya dimaju-majuin,hehehe”.
Ibunya yang juga ikut heran pun berkata pada anak perempuannya “ kayaknya kakak kamu baru kencan tuh,hihihi”.
Bara pun jadi salah tingkah,dan tersipu malu atas perkataan ibunya itu.Dia menjawab,”enggak bu,enggak !!”.
Lestari pun berkata,”idiih,kakak mukanya merah tuh!Hahahaha”.
“Tari!” kata Bara sambil tersipu malu.”Kakak gigit kamu ntar!”.
“Ibu,Tari takut!Kakak jadi kanibal!!” rengek tari pada ibunya.
Ibunya hanya bisa tersenyum melihat perubahan pribadi Bara itu.Bara yang dulu dingin,kini menjadi hangat.Tidak peduli apa atau siapa yang membuatnya berubah menjadi seperti itu,yang penting ibunya harus mensyukuri perubahan Bara itu.Malam itu,hati ibunya bisa tenang,dan kekhawatirannya itu kini hilang.
Waktu terus berjalan tanpa disadari.Bara Mendapat nilai 54,55 dalam Ebtanasnya.Ia pun bersiap mengepak-ngepak barangnya,dan berangkat menuju ITB.Ibunya sempat ingin menangis,dan tidak mau berpisah dengan Bara.Tapi setelah Bara yakinkan ibunya dengan kalimat,”Bara bakal ada di deket hati ibu kok,hehehe” yang ia ucapkan ibunya pun menarik nafas lega.
Sebelum berpisah dengan keluarganya,Bara sempat mengunjungi rumah Evita dan mengucapkan sampai jumpa yang tak terlupakan bagi Evita.Saat itu,Bara dengan repot-repotnya membuat suatu graffiti besar di sebuah spanduk yang bertuliskan ,”i will come for you,my best friend”.Bagi Evita,pemberian itu merupakan suatu hal yang sangat indah,dan membuatnya tidak bisa melupakan Bara dengan mudah.
Kalau ingin tahu keadaan mereka,mari kita lihat lagi. Bara kini adalah seorang mahasiswa fakultas Seni Rupa ITB yang sering dapat banyak cercaan dari guru,karena lebih suka menggambar karikatur konyol daripada seni yang serius.vNamun disamping itu semua,Bara memiliki nilai yang baik dan dicap sebagai siswa cerdas.Bahkan ada seorang Dosen yang bilang bahwa Bara adalah Jenius,ada juga yang bilang dia itu eksentrik dan ada saja yang bilang kalau Bara itu orang gila yang nyasar di ITB,tapi itupun hanya sekedar candaan semata.
Bagaimana keadaan Evita?Dia bersekolah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unair,dan mengambil jurusan Psikologi.Dia dipuji oleh sejumlah dosen disana sebagai “calom psikiater sukses”,karena dia bisa menilai pribadi dan kejiwaan seseorang dengan akurat dan tepat saat uji coba berlangsung.Dan tentang hubungan pertemanan mereka yang rasanya indah itu,walaupun jarak mereka terpisah jauh,tetapi mereka pun tetap saling melakukan kontak terhadap satu sama lain.Mereka tidak pernah mengakui bahwa mereka pacaran,walaupun keadaan pertemanan mereka tampaknya seperti itu.
Kisah cinta mereka ini sungguh berbeda dari kisah romansa remaja yang pada umumnya mengumbar kegombalan semata.Justru Romansa ini mencitrakan hal-hal yang terlupakan dari cinta : bahwa cinta itu hanya bisa dirasakan selama berpacaran,barulah menikah dengan orang yang kita kasihi.Tapi yang ditunjukkan dalam kisah mereka ini,adalah hubungan yang tidak terikat oleh status buatan,tetapi oleh batin mereka.
Cinta itu bisa bertumbuh dari mimpi sesaat,seperti yang dialami Bara.Di mimpinya ia menyelamatkan Evita dari petaka,namun justru kenyataannya adalah Bara diselamatkan oleh Evita,bukan sebaliknya.
Jika diamati ,seolah dari pertama kali Bara bermimpi menyelamatkan Evita itu,semua kejadian yang ia alami seperti diatur dalam sebuah script sebuah cerpen kisah cinta remaja pada umumnya.Ada konflik dan akhir yang menggembirakan maupun menyedihkan bagi kedua pihak,bla bla bla.Namun yang tampak di kisah percintaan mereka itu bukan sekedar romansa gombal yang sudah umum dimana-mana,melainkan romansa yang murni itu sendiri,dimana sepasang manusia yang berbeda latar belakang saling menyingkirkan perbedaan mereka dan mencapai persatuan,yang disebut cinta itu.Dan untuk mencapai cinta sejati,mereka harus menjalani hal-hal yang rumit,sebelum terikat dalam ikatan suci,yaitu pernikahan.
Powered by WordPress
©
Anjing Bicara - Designed by Matt, Blogger templates by Blog and Web.
Powered by Blogger.
Powered by Blogger.
Anonim | 17 November 2010 pukul 20.00
mas, jurusan psikologi adanya ya di fak psikologi bukan FISIP. trus psikologi itu beda sama psikiater, gak nyambung -_______-"
but, nice story to share... :)